Membangun Jiwa Cinta Akhirat
Tidaklah seseorang itu memperbanyak mengingat
kematian malainkan akan terlihat dalam amalannya, dan panjangnya angan
seorang hamba itu pasti terlihat dari buruknya amalan dia." (Hasan
Al-Bashri) . "Demi Allah, sampai kapan pun tidak akan berkumpul dalam
hati seorang hamba kesedihan mengingat akherat dan rasa senang dengan
dunia, sesungguhnya salah satu akan menghalau pemiliknya. (Malik bin
Dinar)
Ciri – Ciri Orang Yang berorientasi Akherat
1. Rasa Takut dan Sedih
Meskipun mereka berharap terhadap rahmat Allah dan tetap
mentaati-Nya, namun mereka tidak bergantung begitu saja kepada semua
itu, tetapi mereka justru merasa sedih atas segala kekurangan dan
mereka juga diliputi rasa sesal setiap kali berbuat dosa meskipun
kecil. Jiwa mereka keluar dari suasana kebekuaan dan kedunguan, mereka
selulu dalam keadaan sadar dan ingat.
Mereka merasa sedih dengan kezhaliman, penindasan dan pengusiran
yang menimpa kaum muslimin. Mereka mersa sedih dengan kerendahan,
kelemahan dan kehinaan yang dicapai kaum muslimin. Mereka merasa sedih
melihat keadaan kaum muslimin yang terjerumus dalam kemaksiatan,
penyimpangan dan berkubang dalam kenikmatan. Demikian pula dengan
lingkungan dimana saudara-saudaranya hidup dalam kelalaian dan jauh
dari Allah. Wanita-wanita yang bersufur dan bertabaruj menjadikan
mereka sedih.
Media-media bobrok dan destruktif yang mereka saksikan membuat mereka sedih.
Kesedihan
dan kekhawatiran yang paling dahsyat adalah masalah akhir hayat, bahkan
inilah kesedihan yang menjadikan hati mereka teriris dan mata mereka
penuh tangisan air mata karena takut mati dalam keadan su'ul khotimah.
Sufyan Tsauri pernah berkata, "Aku khawatir dicatat dalam Ummul
Kitab menjadi orang yang merugi, aku takut imanku tercabut menjelang
datangnya kematian."
Malik bin Dinar pernah sholat sepanjang malam
sambil menggengam jenggotnya sembari berkata, "Wahai Rabbku, engkau
telah mengetahui siapa penghuni surga dan siapa penghuni neraka, maka
di negeri manakah Malik (bin Dinar) ani akan tinggal."
Sesungguhnya urusan akherat hayat telah merobohkan tempat
tidur-tempat tidur mereka, namun mereka sama sekali tidak tertipu
dengan banyaknya ibadah yang mereka lakukan.
Ibnu Rojab berkata, "Sesungguhnya akhir hayat yang jelek itu terjadi
karena ada sesuatu yang tersemunyi pada seorang hamba, di mana manusia
tidak mengetahuinya yang ini menyebabkan akhir yang jelek ketika mati."
Ibu Qoyyim berkata, "Seandainya tidak ada kecurangan dan kerusakan nisca Allah tidak akan membalikkan keimanannya. "
Sesungguhnya kesedihan mereka ini selalu mendorong untuk selalu
bertaubat dan membersihkan diri dari berbagai debu dosa. Apabila mereka
tertinggal sholat fajar, dapat diketahui ketika pagi atau siang
harinya, dan mereka berusaha untuk mengganti yang tertinggal tadi
dengan dengan sesegera dan secepat mungkin berbuat kebajikan, terkadang
ia akan berwudhu kemudian menunggu sholat yang berikutnya sebagai
ganti dari apa yang tertinggal.
Anda akan melihatnya sedih dan susah dengan dosa dan kesalahan yang dia lakukan sampai ia bisa menghapusnya dengan kebaikan,
"Dan
Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan
pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa)
perbuatan-perbuatan yang buruk….. " {Hud (11): 114}
Berbeda dengan para pedamba dunia, kesedihan dan kesusahan mereka
semata-mata karena dunia. Ia membuat kesedihan dan kesusuhan karena
memikirkan urusan masa depan dan rezeki. Ada seorang wanita yang
mengatakan, "Semalaman aku tidak tidur memikirkan model busana yang
akan kukenangkan. "
2. Tekun Dalam Beramal Untuk Akherat
Kesedihan yang menimpa mereka disebabkan
pengharapan terhadap akherat, rasa takut dan senantiasa mengingat
kematian tidak menjadikan mereka mengurung diri di dalam rumah dan
menangisi diri mereka, tetapi kesedihan itu justru menjadi penggerak
terbesar bagi mereka untuk memperbaiki dan menyucikan diri serta
bersegera sebelum waktu berlalu. Oleh karena itu Malik bin dinar pernah
mengatakan, " segala sesuatu itu ada penyemangatnya, dan penyemangat
untuk beramal sholeh adalah kesedihan."
Rasa takut para pendamba akherat menghasung mereka untuk menambah
amal kebajikan, sementara orang yang merasa aman dan tertipu dengan
amalan yang telah ia kerjakan akan di kuasai perasaan malas dan
menunda-nunda pekerjaan, ia sangat jarang bersikap wara' karena
mengandalkan ampunan dari Rabbnya, makanya Hatin Al-Asham mengatakan:
"Barang siapa yang hatinya kosong dari mengingat empat masa yang
mendebarkan, maka ia termasuk oarang yang tertipu dan tidak akan
selamat dari kebinasaan:
Pertama: Saat mendebarkan ketika hari mitsaq (diambil perjanjian)
tatkala dikatakan, 'Golongan ini berada di surga dan aku tidak perduli,
dan golongan yang ini berada di neraka dan aku tidak perduli, sementara
ia tidak mengetahui masuk golongan manakah dirinya?'
Kedua: saat mendebarkan tatkala ia diciptakan dalam tiga kegelapan;
lalu malaikat menyerukan akan kesengsaraan atau kebahagiaan, sementara
ia tidak mengerti apakah ia termasuk orang yang sengsara atau orang
yang berbahagia?
Ketiga: Ketika ia di perlihatkan kepada amalanya, sementara ia tidak
tau apakah ia akan mendapat kabar gembira memperoleh ridho Allah atau
kemurkaan-Nya?
Keempat: Dari ketika manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan
bermacam-macam, sementara ia tidak tau jalan mana yang hendak ia
tempuh?
3. Terkesan Melihat Kematian Serta Membayangkan Bagaimana Kematian Yang Sesungguhnya
Hal itu menjadikan hatinya hidup, mereka selalu mengkaitkan apa yang
mereka saksikan di dunia dengan kehidupan akherat. Dan sesuatu yang
paling membekas adalah kematian yang pernah meraka saksikan serta
saat-saat sekarat.
Seorang tabi'in agung; Ibrohim An-Nakho'i berkata," Apabila kami
menghadiri jenazah atau mendengar berita kematian, kami dapat
mengetahuinya beberapa hari sebelumnya, dikarenakan kami tahu ada
sebuah peristiwa yang menimpanya di mana itu akan menghantarkannya
kesurga atau pun keneraka."
Orang yang sering mengingat kematian hatinya akan selalu teringat
kepada akherat dan rasa takut kepadanya akan bertambah, kemudian dunia
akan hilang dari pandangannya, Syamith bin Aj'lan berkata," Barang
siapa yang menjadikan kematian separoh pandangan matanya, maka ia tidak
akan perduli dengan sempit maupun lapangnya urusan dunia."
Semua ini tersimpulkan dalam perkataan Hasan Al-Bashri, "Tidaklah
seseorang itu memperbanyak mengingat kematian malainkan akan terlihat
dalam amalannya, dan panjangnya angan seorang hamba itu pasti terlihat
dari buruknya amalan dia."
Adapun para pedamba dunia yang hatinya mengeras serta terselubungi kelalaian, mereka akan berpaling dari mengingat kematian, ia merasa terganggu untuk mengingatnya dan mengira bahwa itu dapat memalingkannya dari kematiannya atau dapat menipu kematian itu, padahal sebenarnya mereka menipu diri mereka sendiri.
Al-Quran telah membantah orang-orang yang memiliki konyol seperti ini:
"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, ……" {Al-Jumu'ah (62): 8}
Adapun para pedamba dunia yang hatinya mengeras serta terselubungi kelalaian, mereka akan berpaling dari mengingat kematian, ia merasa terganggu untuk mengingatnya dan mengira bahwa itu dapat memalingkannya dari kematiannya atau dapat menipu kematian itu, padahal sebenarnya mereka menipu diri mereka sendiri.
Al-Quran telah membantah orang-orang yang memiliki konyol seperti ini:
"Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, Maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, ……" {Al-Jumu'ah (62): 8}
Sebab-Sebab Yang Menghalangi Dari mengingat Akherat
1. Mengejar dan Berambisi kepada Dunia
Tak dapat dipungkiri bahwa sibuk mengurusi dunia dengan melalaikan
akheratlah sebab terbesar lemahnya persiapan guna beramal untuk
kehidupan setelah mati.
Makna dicelanya menyibukkan diri dengan urusan dunia adalah kalau semua urusan dunia itu baik berupa harta, istri, anak, rumah, dan makanan menjadi tujuan dan orientasi, dan dunia itu dicintai serta ditaati selain Allahk. Semakin hamba itu memperhatikan dunia dan bergerak semata karenanya, semakin keluar dari hatinya keinginan terhadap akherat serta beramal untuknya, sebagai mana dikatakan oleh Malik bin Dinar, " Demi Allah, sampai kapan pun tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba kesedihan mengingat akherat dan rasa senang dengan dunia, sesungguhnya salah satu akan menghalau pemiliknya.
Makna dicelanya menyibukkan diri dengan urusan dunia adalah kalau semua urusan dunia itu baik berupa harta, istri, anak, rumah, dan makanan menjadi tujuan dan orientasi, dan dunia itu dicintai serta ditaati selain Allahk. Semakin hamba itu memperhatikan dunia dan bergerak semata karenanya, semakin keluar dari hatinya keinginan terhadap akherat serta beramal untuknya, sebagai mana dikatakan oleh Malik bin Dinar, " Demi Allah, sampai kapan pun tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba kesedihan mengingat akherat dan rasa senang dengan dunia, sesungguhnya salah satu akan menghalau pemiliknya.
2. Tidak Pernah Mengingat Mati Serta Kedahsyatan hari kiamat
Maka tidak pernah terlintas dalam fikiran mereka baik ketika sholat,
terdiam dan ketika meyendiri serta dalam semua tindakannya bayangan
tentang negeri akherat, mengingat kematian dan apa yang akan terjadi
sesudah itu. Mereka tidak merasakan dan meresapi suasana pemandangan
akhjerat, akhirnya waktu dan umur mereka terbuang sia-sia.
Adapun pendamba akherat, perasan mereka sangat peka dan tajam untuk
mengingat akherat dalam segala kondisi dan tempat, mereka merasa muak
menyaksikan orang-orang yang lalai dimana waktu mereka habis untuk
tertawa dan berolok-olok. Pengaruh seperti ini dapat kita lihat dengan
jelas dalam kehidupan Hasan Al-Bashri, dalam sebuah kisahnya disebutkan
bahwa bia pernah melewati seseorang yang tertawa, maka ia berkata
kepadanya, " Wahai anak saudaraku, apakah anda pernah melewati
Shiroth?" tentu saja ia menjawab, " Belum " Hasan Bashri pun berujar,
" lantas tahukah anda, kesurga ataukah keneraka anda akan pergi? "
lelaki itu menjawab lagi, " Tentu saja tidak " Beliau berkata, " semoga
Allah melimpahkan kesejehteraan pada anda, lalu mengapa anda
sempat-sempatnya tertawa padahal urusan begitu mengerikan."
Meskipun begitu, tertawa sendiri merupakan naluri kemanusiaan yang tidak bisa dihindari, Allah kberfirman:
" Dan bahwasanya dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis," {An-Najm (53): 43}
Rosullah juga pernah tertawa hingga nampak gigi gerahamnya, tetapi tertawa yang dilarang disini adalah ketika berlarut-larut dan lalai sebagaimana tertawanya kebanyakan orang yang mana mereka mengundang tawa dengan saling mencela dan perkataan-perkataan dusta, ia tidak terdiam kecuali bagaimana bisa tertawa dan tidak memandang kecuali apa yang bisa membuat tertawa.
" Dan bahwasanya dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis," {An-Najm (53): 43}
Rosullah juga pernah tertawa hingga nampak gigi gerahamnya, tetapi tertawa yang dilarang disini adalah ketika berlarut-larut dan lalai sebagaimana tertawanya kebanyakan orang yang mana mereka mengundang tawa dengan saling mencela dan perkataan-perkataan dusta, ia tidak terdiam kecuali bagaimana bisa tertawa dan tidak memandang kecuali apa yang bisa membuat tertawa.
3. Merasa Aman dalam kondisi Sehat
Di antara mereka ada yang tertipu dengan kondisa sehat wal afiat dan
masa muda. Padahal kalau ia mau mengerti, kesehatan itu ibarat titipan,
yang sangat mungkin titipan itu diminta kembali ketika nyawa masih
melekat di badan.
Terlebih lagi kalau kesehatan ini di iringi adanya kekuasaan,
pangkat dan kekayaan, ia akan semakin lupa kepada akherat dan lalai
untuk menyiapkan perbekalan ke sana. Seorang penyair bersenandung:
Apabila orang telah melahirkan keturunannya
Lalu ia di uji lantaran tubuhnya telah renta
Dan ia di timpa penyakit berkali-kali
Itu pertanda sebentar lagi masa mengetam tanaman telah tiba
Apabila orang telah melahirkan keturunannya
Lalu ia di uji lantaran tubuhnya telah renta
Dan ia di timpa penyakit berkali-kali
Itu pertanda sebentar lagi masa mengetam tanaman telah tiba
Di sini, sang penyair menyebutkan ada tiga pertanda kematian yang
telah dekat; ketika ia telah menyaksikan anak cucunya, melemahnya badan
karena tua dan penyakit yang datang berturut-turut. Sesehat apapun dia,
ia tetaplah ibarat tanaman yang sudah ranum dam matang di mana masa
memetiknya hampir tiba.
Beberapa Teladan dari Pencinta akherat
Kalau kita mau menelusuri kisah-kisah para Sahabat, Tabi'in dan para Salafus Sholih serta bagai mana mereka begitu perhatian dan sibuk dengan urusan akherat, tentu kita akn melihat sesuatu yann begitu menakjubkan. Di antara kisahnya,
Kalau kita mau menelusuri kisah-kisah para Sahabat, Tabi'in dan para Salafus Sholih serta bagai mana mereka begitu perhatian dan sibuk dengan urusan akherat, tentu kita akn melihat sesuatu yann begitu menakjubkan. Di antara kisahnya,
Pernah pada suatu hari, 'Umar dalam sholat fajar membaca ayat:
" Apabila ditiup sangkakala," {Al-Muddatstsir (74): 8}
Seketika itu juga ia tersungkur dan sakit sampai orang-orang pada menjenguknya.
Ibnu Mas'ud tak jauh berbada dengan sahabat yang lain, ia selalu mengkaitkan apa yang ia lihat dengan kehidupan akherat, pernah suatu ketika ia melihat alat peniup pandai besi sampai-sampai ia terjatuh. Pernah juga ketika ia menyaksikan para pandai besi, begitu menyaksikan besi yang terpanggang ia langsung menangis.
" Apabila ditiup sangkakala," {Al-Muddatstsir (74): 8}
Seketika itu juga ia tersungkur dan sakit sampai orang-orang pada menjenguknya.
Ibnu Mas'ud tak jauh berbada dengan sahabat yang lain, ia selalu mengkaitkan apa yang ia lihat dengan kehidupan akherat, pernah suatu ketika ia melihat alat peniup pandai besi sampai-sampai ia terjatuh. Pernah juga ketika ia menyaksikan para pandai besi, begitu menyaksikan besi yang terpanggang ia langsung menangis.
Adalah Sufyan Tsauri disebabkan ketergantungannya yang begitu hebat
kepada akherat serta sibuknya pikiran dia padanya, seolah ia datang
langsung dari sana untuk menceritakan tentangnya dan ia seperti
menyaksikannya sendiri. Abu Nua'im mengisahkan, " Apabila Sufyan ingat
akan kematian, ia tidak akan bisa diusik selama beberapa hari."
Ibnu Mahdi berkata, " Aku belum pernah bergaul dengan manusia yang
lebih halus perasaannya melebihi dia. Ia tidak pernah tidur kecuali di
awal malam, tiba-tiba saja ia bergetar ketakutan seraya berteriak,
'Neraka! Neraka! Neraka benar-benar membuatku tidak sempat untuk tidur
dan memenuhi syahwat.' "
Ada wanita ahli ibadah bernama Robi'ah Asy-Syamiyah yang mengatakan, "Tidaklah aku mendengar suara adzan melainkan aku teringat akan penyeru di hari kiamat, tidaklah aku melihat putihnya salju melainkan seolah aku menyaksikan pembagian lembar catatan amal dan tidaklah aku melihat gerombolan belalang melainkan teringat akan hari perhimpunan. "
Mathor Al-Waroq menceritakan perihal dirinya dan temannya seorang tabi'in bernama Harom bin Hayyan, bahwa keduanya terkadang mendatangi pasar Roihan bersama-sama di waktu siang, lalu keduanya berdoa memohon pada Allahl, kemudian bila mereka datang kepada pandai besi, meraka berlindung kapada Allahldari neraka sebelum akhirnya berpisah menuju rumah masing-masing.
Ada wanita ahli ibadah bernama Robi'ah Asy-Syamiyah yang mengatakan, "Tidaklah aku mendengar suara adzan melainkan aku teringat akan penyeru di hari kiamat, tidaklah aku melihat putihnya salju melainkan seolah aku menyaksikan pembagian lembar catatan amal dan tidaklah aku melihat gerombolan belalang melainkan teringat akan hari perhimpunan. "
Mathor Al-Waroq menceritakan perihal dirinya dan temannya seorang tabi'in bernama Harom bin Hayyan, bahwa keduanya terkadang mendatangi pasar Roihan bersama-sama di waktu siang, lalu keduanya berdoa memohon pada Allahl, kemudian bila mereka datang kepada pandai besi, meraka berlindung kapada Allahldari neraka sebelum akhirnya berpisah menuju rumah masing-masing.
Inilah sekelumit tauladan dari para generasi yang mulia tadi, di
mana mereka selalu menyimpan cita-cita akherat, kemudiam mengaitkan
kehidupan dan segala yang mereka lihat di dunia dengan kehidupan
akherat.
Kita memohon kepada Allahlagar selalu melimpahkan taufik-Nya kepada
kita untuk beramal sholih, serta berkenan menganugerahkan kepada kita
tauladan yang baik, dan kita berlindung kepada-Nya dari kelalaian serta
godaan-godaan setan. Tak lupa juga kita memohon kepada Allahluntuk
menjadikan akibat yang baik dalam setiap urusan serta menghindarkan
kita dari kehinaan di dunia dan siksa di akherat. Segala puji bagi
AllahlRabb semesta alam. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada
Nabi kita Muhammad ` beserta seganap keluarga dan sahabatnya.
Label: Berbagi Ilmu
0 Komentar:
Posting Komentar
Assalamu'alaikum.......
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda